FF: STILL WAIT YOU SAY (Chapter 7) THE LAST CHAPTER

Judul FF : STILL WAIT YOU SAY (Chapter 7) THE LAST CHAPTER

Main Cats :

Lee Jieun (IU), Lee Taemin (SHINEE), Yoo Seungho, Suzy (Bae Suji miss a)

Genre : Romance, Angs

Rating : PG 13

Length: Chaptered

Author : rahmassaseol (@rahmassaseol)

Disclaimer  : Cerita ini hanya fiksi dan murni hasil imajinasi saya. Jadi, jika ada kesamaan apapun itu, entah peran, karakter atau bahkan jalan ceritanya saya benar-benar minta maaf, karena saya sama sekali tidak tahu menahu. Dan semoga FF ini bisa menghibur kalian semua!. Gomawo! ^o^

ff ini udah pernah aku publish di blogku yang sebelumnya koreanholicindo.blogspot.com dan di catatan facebook ku (Rahma Fitri Al-Hakiim) hehehhehe…. ^^. Be a Good Readers yah…. ^^ Please leave comment after you read this story….

(Chapter 1) (Chapter 2) (Chapter 3) (Chapter 4) (Chapter 5) (Chapter 6)

Happy readers…^^

“ Nappeun yeoja…!”, bentakku dengan penuh amarah.

“Miane Jieun-ah…., Cheongmal miane…”, ucap Suzy dengan wajah sendu dan menatapku dengan rasa bersalah.

“Tolong mengertilah aku Jieun-ah, jika kau berada di posisiku kau pasti juga akan berbuat hal yang sama sepertiku…..”, lanjutnya lagi.

“Setidaknya aku tidak akan memaksakan perasaanku dan merelakanya pergi untuk gadis yang benar-benar dia cintai….”, jawabku datar tapi dengan penuh penekanan. Sekarang aku sungguh jijik dengan gadis ini, aku tak mengira dia akan melakukan hal yang rendah seperti itu dan betapa sakitnya Taemin selama ini.

“Jieun-ah cheongmal miane…..”, ucap Suzy lirih.

“Jebbal pergilah….. saat ini aku sedang ingin sendiri”, jawabku yang sama sekali tak melihat ke arahnya.

Suzy pun perlahan keluar dari kamarku sambil terus mengucapkan kata maaf dari mulutnya. Dan ketika sosoknya telah hilang dari balik pintu, tangisku mulai pecah. Selama ini aku selalu merasa dirikulah yang tersakiti, aku sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan Taemin. Aku terisak dalam sunyi memikirkan betapa sakitnya perasaan Taemin selama ini, Taemin hanya berusaha untuk berterimakasih kepada Suzy yang telah membuatnya tetap bisa melihatku, tapi aku malah membalasnya dengan kebencian. Aku segera menyeka air mataku dan berlari keluar kamar menuju ke sebuah taman berharap Taemin masih ada di sana.

Aku melihat sosok Taemin dari belakang yang terlihat masih asik memandang langit malam. Aku berlari kencang ke arahnya dan memeluk tubuhnya dari belakang. Taemin yang terkejut berusaha melepaskan pelukanku tapi aku malah semakin memeluknya erat.

“Ya Jieun-ah apa yang kau lakukan cepat lepaskan, sesak tahu..”, ucap Taemin yang masih saja beusaha melepaskan pelukanku.

“Andwe, aku tidak akan melepaskanya….”, tolakku keras kepala.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu?”, tanya Taemin yang terlihat heran melihat tingakahku.

“Jebbal tolong biarkan aku memelukmu…. Sebentar saja….”, aku memohon dengan air mata yang perlahan mulai keluar.

“Ya Jieun-ah ada apa denganmu?”, tanyanya yang semakin penasaran.

“Apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?”, ucapku dengan suara bergetar.

“Apa maksudmu?”, tanyanya kembali.

“Aku sudah tahu semuanya….”, jawabku lirih. Dan Taemin hanya bisa terdiam wajahnya pun menegang.

“Selama ini aku tidak tahu bagaimana perasaanmu kepadaku, kau selalu saja membuatku menebak isi hatimu. Jadi bisakah kau mengatakanya sekarang? Jebbal jangan membuatku menunggu terlalu lama Taemin-ah. Aku akan menerima apapun yang kau katakan….”

“Miane Jieun-ah….”, ucap Taemin dengan suara yang sangat kecil nyaris tak terdengar olehku. Kemudian kurenggangkan pelukanku sehingga Taemin dengan mudah melepaskanya dan menghadapkan tubuhnya ke arahku. Aku hanya bisa membisu.

“Maafkan aku telah membuatmu menunggu terlalu lama, aku tidak bisa membalas perasaanmu padaku. Aku tidak bisa meninggalkan Suzy saat ini Miane….”. Taemin memberi kecupan singkat di keningku sebelum ia pergi meniggalkanku sendiri.

Aku hanya bisa terdiam mematung, kata-kata Taemin masih terus terngiang dalam pikiranku. Aku masih tidak percaya pada apa yang ia katakan barusan, tapi aku harus menepati ucapanku untuk menerima segala keputusanya. Aku sungguh tak berdaya mengahadapi situasi ini, dan berusaha meyakinkan hatiku bahwa inilah akhir dari penantian panjangku. Air mataku mulai mengalir deras hingga sesorang menepuk pundakku dari belakang.

“Ya Jieun-ah kau masih belum tidur? Apa yang kau lakukan di sini?”, tanya Seungho padaku.

“Ani, hanya ingin mencari udara segar…..”, jawabku berusaha menstabilakan suara dan menyeka air mataku.

“Ya! Kau menangis? Apa si brengsek Taemin itu lagi yang membuatmu menangis?”, tanyanya dengan berapi-api.

“Apa yang harus aku lakukan Seungho-shi……?, selama ini aku hanya memikirkan perasaanku saja”, jawabku dengan air mata yang tak bisa berhenti mengalir.

“Ya… apa maksudmu Jieun-ah?”, tanyanya kembali dengan raut wajah bingung tak tahu apa yang sedang aku bicarakan.

Aku pun menceritakan semuanya pada Seungho, tentang betapa sakitnya hati Taemin selama ini. Seungho dengan cepat merengkuhku ke dalam pelukanya mencoba untuk menenangkanku, dan tangisku semakin menjadi.

“Gwenchana Jieun-ah gwenchana……”, ucap Seungho lembut sambil membelai rambut hitam panjangku yang sejenak membuat hatiku tenang.

***********

Sinar matahari pagi menyelinap dari balik jendela memaksaku untuk membuka mata. Perlahan kubuka mataku yang terasa sangat berat karena menangis semalaman. Kulangkahkan kakiku malas menuju kamar mandi untuk membasuh muka, aku menatap bayangan wajahku yang terpantul di cermin, terlihat mataku yang bengkak terlalu banyak mengeluarkan air mata. Aku segera membuka pintu kamarku begitu terdengar suara ketukan pintu dengan mata yang masih setengah terpejam dan aku membelalakkan mataku terkejut ketika Suzy tiba-tiba memelukku.

“Annyeong Jieun-ah….”, sapanya ramah seolah tak terjadi apa-apa.

“Ya! Apa yang kau lakukan Suzy-ah? Cepat lepaskan!”. Dengan kasar aku melepaskan pelukanya.

“Aku tidak peduli jika kau membenciku Jieun-ah…….”, ucapnya lirih padaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Apakah itu artinya kau tidak akan melepaskan Taemin untukku?”, tanyaku dengan nada berat.

“Miane Jieun-ah aku tidak bisa melepaskanya…..”, jawabnya dengan air mata mulai mengalir.

“Ya! Apa maksudmu tidak akan melepaskanya Suzy-ah?”, tanyaku kembali. Kali ini aku sungguh sangat marah mendengar jawaban darinya.

“Walaupun aku tahu Taemin tidak akan pernah menyukaiku aku akan tetap mempertahankanya”, ucap Suzy sambil menyeka air matanya.

Perlahan air mataku mulai mengalir, aku tahu aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk Taemin. Aku menatap Suzy pasrah karena ia tak mau melepaskan Taemin untukku, sekarang apa yang harus aku lakukan?.

“Jebbal Suzy-ah lepaskanlah Taemin untukku….”, aku memohon kepada Suzy dengan terisak, tapi Suzy malah memalingkan wajhnya dariku.

“Miane Jieun-ah aku tidak bisa melakukanya…..”, jawab Suzy lirih.

“Jebbal….”, tangisku mulai menjadi dan tanganku dengan cepat meraih tangan Suzy kemudian menggenggamnya erat.

“Seungho dan Taemin sudah menunggumu di meja makan, jadi segeralah turun untuk sarapan. Dan segeralah kemasi barang-barangmu karena hari ini kita akan kembali ke Seoul”, jelas Suzy yang kemudian melepas paksa genggaman tanganku dan perlahan pergi meninggalkanku yang masih berdiri tertegun kaku.

***********

Suasana di ruang makan sungguh tidak menyenangkan, tidak ada yang memulai pembicaraan hanya terdengar suara denting garpu dan sendok. Kami berusaha menikmati sarapan pagi kami dengan suasana yang sunyi sampai Seungho memulai pembicaraan.

“Ya Suzy-ah setelah ini kau akan melanjutkan ke universitas apa?”, tanya Seungho pada Suzy.

“Emmm aku rencananya akan kembali ke Jepang untuk melanjutkan sekolah ke universitas Tokyo dengan Taemin oppa”, jawabnya semangat dengan senyuman khasnya yang sontak membuatku terkejut setengah mati.

“Apa? Kalian akan kembali ke Jepang?”, ucap Seungho yang juga terkejut mendengar jawaban Suzy. Sekilas Seungho melirik ke arahku untuk melihat reaksiku.

“Em iya, kami akan melanjutkan kuliah di sana karena ayahku memintaku untuk segera kembali ke Jepang begitu aku lulus dari SMA”, jelas Suzy panjang lebar.

“Oh begitu rupanya….”, ucap Seungho.

“Oh iya kalau kau dan Jieun akan melanjutkan kuliah ke mana?”, tanya Suzy pada Seungho.

“Kami rencanaya akan melanjutkan ke universitas Han Guk, kebetulan jurusan yang kami inginkan semua ada di sana. Lalu kapan rencanaya kau akan kembali ke Jepang?”

“Kalau semuanya lancar kami akan berangkat besok lusa, aku dan Taemin akan kembali ke Seoul sebentar untuk mengurus semuanya”, jawab Suzy yang seketika membuatku berhenti mengunyah makananku. Rasanya jantungku akan segera berhenti dan Taemin dengan santai tetap tenang memakan sarapanya tanpa sedikitpun melihat ke arahku.

“Mwo? Apa tidak terlalu terburu-buru Suzy-ah?”, tanya Seungho terkejut.

“Aniya, kami sebenarnya sudah mempersiapkanya sejak lama….”, jawabnya santai.

“Aku sudah selesai makan, aku akan kembali ke kamar untuk mengemasi barang-barangku”, jawabku datar mencoba menahan air mataku yang sudah mau keluar. Aku tidak tahan lagi mendengar semua ini, aku pun berlari meninggalkan mereka menuju kamarku.

Aku mengunci pintu kamarku dan menangis sejadi-jadinya. Aku tidak memperdulikan suara ketukan pintu yang keras memintaku untuk mebukakanya.

“Ya! Jieun-ah Gwenchana?! Cepat buka pintunya!”, teriak Seungho memohon agar aku mau membukakan pintu untuknya.

“Gwenchana Seungho-shi, tolong tinggalkan aku…..”, jawabku lirih di tengah isakanku.

“Ya! Jieun-ah kau tidak boleh berbuat seperti itu padaku….., jebbal biarkan aku menemanimu Jieun-ah….”, jawab Seungho yang masih saja mengetukku pintu kamarku dengan keras.

Aku melangkah gontai menuju pintu kamarku dan membukanya pelan yang disambut cepat dengan pelukan Seungho. Seungho memelukku erat yang membuatku terkejut, aku mencoba melepaskanya tapi dia malah mengeratkan pelukanya padaku.

“Jebbal Jieun-ah jangan menanggungnya sendirian….. aku masih ada untukmu…..”, ucap Seungho lembut.

“Seungho-shi?”

“Menangislah jika itu membuatmu sedikit lebih baik….”, kata Seungho yang semakin mempererat pelukanya dan tangisku mulai pecah.

Malam itu kami menaiki pesawat menuju Seoul, selama perjalanan aku hanya bisa diam sambil sesekali melirik ke arah Taemin yang sedang asik mendengarkan music dari headsetnya dan Suzy yang tengah tertidur damai di pundak Taemin. Selama satu jam akhirnya kami tiba di bandara Incheon Seoul, Seungho dengan baik hati mengantarku pulang ke rumah.

“Segeralah tidur dan tenangkan pikiranmu”, kata Seungho padaku sesaat sebelum aku masuk ke dalam rumah.

“Ne, gomaweo Seungho-shi….”, jawabku singkat dengan senyum pahit.

Aku segera merebahkan tubuhku di kasurku yang nyaman dan berusaha mengenyahkan Taemin dari pikiranku. Beberapa saat kemudian aku pun terlelap dalam mimpi.

***********

“Yoboseo, Taemin-ah ada yang harus kubicarakan padamu sekarang, kutunggu kau di tepi sungai Han”, ucap Seungho padaku di telepon genggamnya.

Aku segera menemuinya di tepi sungai Han, dan kulihat sosoknya sudah berada di sana, aku pun segera menghampirinya.

BHUAG!!!

“Ya! Apa yang kau lakukan hah?!”, bentakku penuh amarah tapi Seungho membalasnya lagi dengan tinjuan kerasnya yang membuatku jatuh tersungkur.

“Itu untuk Jieun….”, ucap Seungho datar dan menatapku tajam.

“Mwo? Berhenti mencampuri urusanku Seungho-shi!”, kataku yang dengan cepat bangkit dan membalas pukulan Seungho.

“Ya itu memang bukan urusanku!, tapi aku tak sanggup melihat Jieun meneteskan air mata lebih banyak lagi untukmu!”. Amarah Seungho memuncak pukulanya pun kembali ia layangkan ke wajahku hingga aku kembali tersungkur.

“Apa kau ingin terus membohongi perasaanmu hah!”, serunya kembali dan Seungho pun menindih tubuhku dan kembali melayangkan tinju bertubi-tubi yang membuatku tak bisa membalasnya.

“Lalu apa yang harus ku lakukan! Aku tak mungkin meninggalkan Suzy yang telah menyelamatkan hidupku!”, sahutku berteriak penuh amarah.

“Jadi kau akan mencampakkan Jieun hah! Brengsek kau Taemin-ah!”, jawab Seungho dengan tatapan tajam padaku dan kembali memukulku keras. Dan aku berusaha membalikkan posisi ku dan balik menindih Seungho dengan keras aku membalas pukulanya.

“Apa kau pikir aku mau mencampakkannya! Aku sangat mencintainya! Tapi tak ada yang bisa aku lakukan!, Seungho-shi mengertilah aku juga sangat menderita dengan situasi seperti ini!”, seruku dengan nada membentak dan akupun kembali memukul wajahnya keras. Kami pun saling membalas memukul hingga kami hampir mati kelelahan.

Baju kami lusuh dan kotor, wajah kami di penuhi luka dan lebam di mana-mana. Kami sangat lelah setelah tiga jam terus berkelahi, aku dan Seungho merebahkan tubuh di tepian sungai Han. Kami menatap langit malam dengan wajah sendu.

“Miane…..aku memukulmu terlalu keras Taemin-ah…”, ucapnya pelan.

“Ne, aku juga minta maaf padamu….”, jawabku datar dengan keringat yang mulai bercucuran.

“Apa kau benar akan pergi ke Jepang bersama Suzy dan meninggalkan Jieun sendirian?”, tanyanya pilu.

“Ne, aku akan ikut Suzy pergi ke Jepang, Jieun tidak akan sendirian selagi kau masih berada di sampingnya….”, jelasku pada Seungho.

“Apa maksudmu?”.

“Tolong jaga Jieun untukku….”

“Mwo? Aku tidak mau! Kau yang harus menjaganya sendiri!”, sahut Seungho yang seketika bangkit dan menatapku tajam.

“Jebbal Seungho-shi tolong aku”, ucapku memohon.

“Baik jika itu yang kau inginkan, jangan menyesali keputusan bodohmu itu”, jawabnya ketus yang kemudian pergi meninggalkanku.

*************

Hari ini hari keberangkatan Taemin dan Suzy ke Jepang, sejak hari kepulanganku dari pulau Jeju aku terus mengurung diriku di kamar. Tak terhitung jumlahnya sms dan panggilan tak terjawab dari Seungho.

“Jieun-ah keluarlah ada temanmu yang datang”, terdengar suara ketukan pintu dari Eomma ku.

“Ne…..”, jawabku lemas dan melangkahkan kakiku malas menuju ruang tamu.

Mataku membulat melihat Seungho duduk di sofa ruang tamu rumahku. Ia tersenyum ramah padaku terlihat barisan giginya yang rapi, aku pun duduk di hadapanya.

“Aku tak akan ikut denganmu ke bandara, pergilah sendiri Seungho-shi”, ucapku datar dan perlahan berjalan meninggalkanya.

“Apa tidak ada lagi yang mau kau ucapkan untuk terakhir kalinya pada Taemin?”, ucapnya yang sejenak membuat langkahku terhenti.

“Ini kesempatan terakhirmu untuk bertemu dengan Taemin….”, kata Seungho pelan tapi aku tak memperdulikan kata-katanya dan pergi meninggalkanya sendiri.

Aku kembali meringkuk dalam kamarku yang sunyi dengan tatapan kosong, percuma saja jika aku menemuinya dia akan tetap pergi meninggalkanku. Terdengar suara handphoneku berbunyi, dan ku tekan tombol hijau untuk menerimanya.

“Yoboseo?”

“Jangan menyesali keputusanmu Jieun-ah pergilah menemuinya untuk yang terakhir kali”, terdengar suara Seungho dari sebrang.

“Taemin akan berangkat pukul satu siang ini, cepat datang menemuinya sebelum terlambat”, lanjutnya lagi.

“Aku sudah tak peduli padanya….”, jawabku datar dan segera menutup telepon dari Seungho.

Aku kembali meringkuk di dalam kamarku dengan pikiran yang sudah tak karuan, masih terngiang ucapan Seungho di telingaku, “Apa tidak ada lagi yang mau kau ucapkan untuk terakhir kalinya?”.

Taemin akan berangkat pukul satu siang ini, dengan cepat ku lihat jam di meja nakasku. Aku pun membelalakkan mataku terkejut melihat jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Segera kuambil jaket dan dompetku dan pergi menuju bandara Incheon, dan sialnya kenapa terjadi macet di saat-saat genting seperti ini?. Perjalanan masih cukup jauh dari sini, jam di tanganku sudah menunjukkan pukul setengah satu, aku yang tidak tahan melihat kemacetan ini memutuskan untuk berlari dari sini. Aku mencoba berlari sekuat tenaga sambil sesekali melihat jam di tanganku.

Dengan nafas yang terengah-engah akhirnya aku tiba di bandara Incheon, mataku segera berkeliling mencari sosok Taemin. Langkahku cepat mencoba menemukan Taemin di tengah lautan manusia. Akhirnya mataku menemukan sesosok Seungho dan dengan langkah cepat aku berjalan ke arahnya.

“Seungho-shi mana Taemin? Dia belum berangkat kan?”, tanyaku dengan nafas memburu. Seungho menatapku sendu.

“Dia sudah berangkat lima menit yang lalu, kau terlambat Jieun-ah…..”, jawabnya lirih sambil menepuk pundakku mencoba menenangkanku.

“Andwe! Tak mungkin! Aku tak mungkin terlambat menemuinya!….”, aku menepis tangan Seungho yang menepuk pundakku dan kembali mencari Taemin. Aku tak percaya Taemin kembali meninggalkanku sendiri. Dengan air mata yang deras mengalir aku berlari mencari Taemin.

************

“Ayo Taemin-ah kita harus segera naik pesawat…”, ucap Suzy dengan tangan yang merangkul lengan Taemin.

“Emm iya aku tahu…”, ucap Taemin pada Suzy dengan mata yang masih mencari-cari sosok Jieun berharap ia akan datang untuk bertemu terakhir kalinya.

“OK, ku harap perjalanan kalian menyenangkan. Jangan lupa untuk menghubungiku sesampainya kalian di Jepang”, kata Seungho yang ikut mengantarkan kepergian Taemin dan Suzy.

“Em, iya aku akan menghubugimu sesampainya kami di Jepang. Gomaweo Seungho-shi”, ucap Suzy yang kemudian memberikan pelukan singkat pada Seungho sebagai salam perpisahan.

Taemin berjalan mendekati Seungho, didekatkan bibirnya ke telinga Seungho membisikkan sesuatu, “Jaga Jieun baik-baik….”. Seungho pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

“Selamat tinggal Seungho-shi aku harap kita dapat bertemu lagi…”, kata Suzy setengah berteriak sambil melambaikan tanganya pada Seungho. Seungho pun membalasnya dengan senyuman manis melihat sosok Taemin dan Suzy yang semakin menjauh.

Tiba tepat di pintu keberangkatan Suzy menghentikan langkahnya yang sontak membuat langkah Taemin juga terhenti.

“Waeyo Suzy-ah? Ayo segera masuk, pesawatnya akan segera berangkat…”, tanya Taemin bingung melihat tingkah Suzy.

“Aniya Taemin-ah, hanya aku yang akan berangkat ke Jepang…”, ucap Suzy datar yang membuat Taemin terkejut.

“Mwo? Apa maksudmu?”, tanya Taemin kembali.

“Apakah kau sungguh menyukaiku Taemin-ah?”, Suzy balik bertanya kepada Taemin, tapi Taemin hanya bisa membisu.

“Cepat katakanlah padaku Taemin-ah jawab aku dengan tegas…”, ucap Suzy memohon kepada Taemin.

“Miane Suzy-ah, sebenarnya aku tidak pernah menyukaimu”, jawab Taemin dengan kepala tertunduk.

“Sudah kukira jawabanmu akan seperti itu…..”.

“Maafkan aku Suzy-ah…”

“Cepat susulah Jieun dia pasti saat ini sedang menantimu….”, ucap Suzy dengan air mata yang mulai mengalir.

“Ani, aku akan ikut bersamamu..”, jawab Taemin menatap Suzy pilu.

“Sampai kapan kau akan terus menyiksa perasaanmu Taemin-ah! Jangan menatap kasihan padaku itu akan membuatku semakin terlihat buruk…. Cepat! Jieun sudah menunggumu untuk waktu yang lama. Segeralah pergi sebelum aku berubah pikiran….”, ucap Suzy sambil menyeka air matanya yang disambut dengan pelukan Taemin membuat Suzy hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya terkejut.

“Cheongmal gomaweo Suzy-ah…..!”, ujar Taemin yang kemudian melepaskan pelukanya dan pergi berlari meninggalkan Suzy.

***********

Rasanya kakiku hampir patah setelah berlari mencari Taemin mengelilingi bandara yang sangat luas ini. Mataku masih saja terus mencari sosok Taemin dan tak terasa air mataku mulai mengalir di pipi lembutku. Seandainya aku sedikit lebih cepat setidaknya aku bisa melihatnya untuk yang terakhir kali. Kemudian terdengar suara yang sangat ku kenal memanggilku dari kejauhan. Aku mencari asal suara itu dan betapa terkejutnya melihat Taemin berdiri menatapku dari kejauhan. Mata kami saling menatap, kira-kira terbentang jarak sepuluh meter diantara kami. Perlahan kami mulai berjalan cepat dan semakin cepat hingga akhirnya hanya ada sedikit jarak diantara kami. Kemudian Taemin memelukku erat hingga membuat nafasku sedikit sesak.

“Ya Baboya!”, ucapku yang tengah terisak.

“Miane Jieun-ah… cheongmal miane…..”, jawabnya lirih di telingaku dan ia semakin mengeratkan pelukanya padaku.

“Napeun namja!”, umpatku sambil memukul dada Taemin dan Taemin pun melepaskan pelukanya.

“Maaf telah membuatmu menunggu terlalu lama untukku……”, ujar Taemin yang kini menatapku intens dan aku pun membalas tatapannya yang selalu membuat jatungku berdegup kencang.

“SARANGHAE…..Jieun-ah….”, kata Taemin yang membuat tubuhku bergetar dan perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan menatapku lembut.

“Nado Saranghae Taemin-ah…”, ucapku lirih yang kemudian memejamkan mataku.

Terasa hangat ketika kedua tangan Taemin menyentuh pipiku, bisa kurasakan desir nafasnya di wajahku. Jantungku berdegup tak karuan ketika jarak wajah kami semakin dekat, dan bisa kuraskan manis ketika bibirnya menyentuh bibirku. Aku tak peduli lagi dengan tatapan orang-orang yang memperhatikan kami. Setelah dua puluh detik Taemin melepaskan ciumanya dan menatapku dengan senyumnya yang selalu membuatku meleleh. Kami hanya bisa saling menatap malu dengan wajah yang mulai merona ketika sadar banyak sekali orang yang sedang mengerumuni kami.

“Ayo segera pergi dari sini! Kita akan melanjutkanya di tempat yang lebih nyaman….”, ucap Taemin yang dengan cepat meraih tanganku dan mengajakku berlari dari kerumunan orang-orang yang sedari tadi memperhatikan kami.

“Mwo? Melanjutkanya? YA! Dasar Taemin mesum! Maniak ciuman!”, pekikku yang terkejut mendengar kalimat terakhir Taemin. Ia hanya bisa tersenyum nakal melihat ekspresiku yang lucu.

“Kali ini aku tak akan membiarkanmu pergi dariku Taemin-ah!”, ucapku dalam hati.

 [END]

 -EITSSS…… jangan lupa like n commentnya……!! XD

2 thoughts on “FF: STILL WAIT YOU SAY (Chapter 7) THE LAST CHAPTER

  1. Annyeong author!^^
    Aish.. Aku baru nemu ini FF._.
    Yaiy.. Sakit semuanya(?)._.
    Walopun ujung ujungnya Jieun sama Taemin sih..
    Bagus kok.. Seru.. XD feelnya dapet.. Cuma alurnya menurutku kecepetan.-. But, overall is daebak! XD
    Oke, lanjut bikin FF lain ya!’-‘)9

Tinggalkan Balasan ke Ji Batalkan balasan